Opini masyarakat yang dituangkan di jurnalis netizen berita internet, cukup bagus sebagai masukan untuk Pemda setempat. Mampukah Pemerintah membuat situs / website tandingan sebagai
info wisata untuk menyaingi situs website para penjual
paket wisata karimun jawa? Kita tunggu jawabannya bersama-sama demi kemajuan pariwisata Karimunjawa.
Beberapa waktu lalu saya mencari informasi tentang wisata di Karimunjawa. Namun apa yang muncul ketika saya mengetik wisata karimun jawa? Beragam informasi tetang paket liburan ke Karimunjawa. Padahal saya sebenarnya ingin tahu ada apa sih di Karimunjawa? Apa saja yang ada di sana? Belum tahu apa-apa di sana sudah ditodong dengan berbagai macam informasi paket yang dibandrol dengan berbagai macam harga.
Setelah cukup muak dengan berbagai macam paket liburan tersebut, akhirnya saya bersama seorang rekan saya memutuskan untuk backpackeran menuju Karimunjawa. Dengan sedikit informasi dari beberapa blog orang akhirnya saya berangkat menuju Karimunjawa tanpa jasa travel maupun mengambil paket liburan.
Pada tulisan ini saya tidak akan membahas apa saja wisata di karimunjawa, tetapi saya mau berbagi uneg-uneg tentang informasi pariwisata di Indonesia. Memang benar, ketika kita mencari tentang informasi wisata suatu daerah, kita tidak akan menemukan banyak referensi wisata yang kita inginkkan, yang kita temukan adalah informasi paket-paket wisata tentang tempat liburan yang akan kita tuju.
Karena saya baru saja dari Karimunjawa, studi kasus tentang minimnya informasi wisata ini adalah tentang pariwisata di Karimunjawa. Informasi tentang wisata di Karimunjawa memang bisa dibilang sangat terbatas, seperti yang sudah saya ungkapkan diatas, bahwa saat ini informasi pariwisata didominasi oleh paket wisata.
Saya sempat ngobrol dengan beberapa guide lokal yang ada di Karimunjawa, mereka mengeluhkan permainan para agen wisata dari luar (Karimunjawa) yang bisa dibilang merusak. Mulai dengan permainan harga hingga tanggung jawab akan ekosistem alam.
Paket murah mau tidak mau berdampak pada warga lokal, kenapa? Karena apabila warga tidak menolak harga murah, mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan, tetapi kalau menerima, penghasilannya pun pas-pasan. Tentunya ini menjadi buah simalakama untuk warga lokal yang menyediakan jasa entah persewaan kapal, penginapan hingga kuliner.
Perjalanan dari Jepara ke Karimunjawa membutuhkan waktu 2 jam perjalanan menggunakan kapal Express dan 4 - 5 jam menggunakan kapal Ekonomi. Bukan waktu yang cepat lho, Bensin yang di jawa sekitar 6.500 di Karimunjawa pun naik menjadi 10ribu. Selain itu air mineral dengan harga 3ribuan juga naik menjadi 5 ribu.
Dengan kehidupan yang pas-pasan, masyarakat lokal tidak dapat berkembang di bidang ekonomi, mereka sulit untuk berdiri di tanah mereka sendiri. Meski banyak dibangun hotel-hotel dan resort, namun itu bukan milik orang Karimunjawa, itu investasi dari orang luar baik warga negara Indonesia maupun Asing.
Tidak adanya informasi detail tentang wisata di suatu daerah membuat seseorang takut untuk datang ke daearah tersebut. Ini secara tidak langsung akan meningkatkan penjualan agen travel, karena ketakutan seseorang akan informasi yang kurang jelas pada suatu daerah. Karena dengan ikut agen travel semua sudah terjamin.
Beruntung saya kemarin tidak ikut travel manapun untuk datang ke lokasi ini. Ternyata backpacker ke Karimunjawa itu bisa! Ketika tiba di pelabuhan Karimunjawa kamu bisa dengan mudah mendapatkan berbagai macam informasi mulai dari local guide, informasi penginapan hingga informasi wisata.
Sayangnya berbagai macam informasi ini belum tersusun rapi di dunia maya, sehingga para netizen kesulitan untuk mendapatkan berbagai macam informasi ini. Meski di sana sudah terdapat jaringan internet, namun belum banyak yang bisa memanfaatkannya dengan baik. Sektor pariwisata belum digarap dengan baik, sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki. Terutama sumber daya manusia tentang pentingnya informasi.
Selain itu “asal pengunjung senang” juga harus diperhatikan, karena pengunjung kebanyakan tidak tahu menahu tentang ekosistem di sana. Salah satunya terumbu karang yang seharusnya tidak boleh di injak maupun disentuh. Banyak para pemandu yang membiarkan tanpa mensosialisasikan hal tersebut.
Sayang apabila ekosistem ini tidak bertahan lama, masa ya anak cucu saya tidak bisa menikmati surga yang dekat ini, masa juga harus jauh-jauh ke Bunaken / Raja Ampat untuk menikmatinya?
Disalin dari opini masyarakat online
Kompasiana / Pandu Aji.