Banyak yang bilang kalau pada tahun 2015 ini, wisata ke karimunjawa cukup susah. Alasannya pasti sudah banyak yang tahu, ya, ini soal cuaca di perariran karimunjawa. Hampir selalu tiap minggu ada saja jadwal kapal yang diganti akibat ombak di laut yang katanya membahayakan buat pelayaran.
|
wisata karimunjawa |
Kebanyakan biro wisata karimunjawa hanya bisa pasrah dan tabah menghadapi fenomena alam yang cukup merugikan itu. Agen wisata karimunjawa sudah bosan dengan kabar kapal tidak berangkat. Sudah terbiasa dimarahi wisatawan karena gagal berangkat, sudah sering mengembalikan DP biaya wisata dikarenakan kapal yang cancel.
Tapi mau gimana lagi, masalahnya cuaca memang sedang dikehendaki Tuhan seperti itu, sementara pemerintah juga seakan tidak peduli dengan kurangnya alat transportasi ke karimunjawa. Tambah parah lagi, berita tentang para wisatawan yang terdampar di pulau karimunjawa seakan selalu menjadi trending topik yang tidak bisa tergeser oleh keindahan karimunjawa.
Seperti pada berita dari kompas yang menginformasikan tentang wisatawan yang terjebak di karimunjawa. Berita ini selalu di ranking atas atau page one google. Sehingga akan selalu dibaca oleh para pencari berita tentang karimunjawa. Dan yang sudah bisa ditebak, kalau calon wisatawan akan takut dan banyak yang membatalkan rencana ke karimunjawa. Padahal berita tersebut diinformasikan pada bulan agustus (libur hari raya idul fitri), seakan terus menerus dan menjadi momok kalau berita tersebut selalu di atas.
Tapi apa boleh buat, semua sudah terjadi dan tidak bisa diulang. Semua mungkin sudah diatur oleh Sang Pencipta, dan kita hanya bisa melaksanakannya saja. Berikut berita selengkapnya:
"Dihadang cuaca buruk pada libur Lebaran lalu, ratusan wisatawan urung menyeberang ke Pulau Jawa dari Karimun Jawa. Tak ada kapal penyeberangan dan para wisatawan terjebak di Karimun Jawa hingga 10 hari. Beberapa wisatawan menceritakan kisahnya ketika terjebak di Karimun Jawa.
Para wisatawan yang terjebak di Pulau Karimun Jawa terdiri dari wisatawan lokal dan mancanegara. Para wisatawan lokal datang dari Jakarta, Surabaya, Blitar, Yogyakarta, dan Solo. Sementara para wisatawan mancanegara datang dari Perancis, Spanyol, Jerman, dan negara-negara wilayah Eropa lain.
“Kami terdampar enam hari di Karimun Jawa. Yah lumayan juga jadi ngeluarin biaya untuk homestay. Ya kira-kira 1,5 juta, Mas. Jadi ada biaya tambahan deh,” ungkap Santi Nainggolan saat ditemui KompasTravel di atas KM Binaiya milik PT Pelni beberapa hari lalu.
Datang bersama keluarga berjumlah 10 orang, Santi menggunakan biro perjalanan lokal di Jepara untuk berlibur ke Karimun Jawa. Ia mengeluhkan tentang bantuan dari pihak pemerintah untuk para wisatawan yang terjebak.
“Harusnya ada bantuan dari pemerintah seperti kapal untuk evakuasi. Kalau gak ada kapal berhari-hari itu kan gak wajar,” jelas Santi.
Kapal ikan membawa para wisatawan yang terjebak di Karimun Jawa menuju KM Binaiya milik PT Pelni untuk menyeberang ke Pelabuhan Tanjung Mas dari Pelabuhan Karimun Jawa, Jawa Tengah, Minggu (20/7/2015).
Kisah lain muncul dari satu pasangan dari Barcelona, Spanyol, Anna dan Eduard. Ia datang ke Indonesia untuk liburan musim panas dan salah satu destinasi wisata yang dikunjungi adalah Karimun Jawa. Mereka terjebak selama 10 hari di Karimun Jawa karena tidak ada kapal penyeberangan.
“Sebenarnya ada pilihan lain untuk bisa keluar dari Karimun Jawa. Pesawat terbang tapi hanya sedikit dan sudah penuh. Harganya sangat mahal. Tiket dijual untuk harga tertinggi,” kata Eduard.
Anna menambahkan para wisatawan yang terjebak harus sangat berhemat dalam menggunakan uang jika tak membawa uang tunai. Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di sana, lanjut Anna, sudah tidak ada cadangan uang untuk dapat diambil. Beruntung, Anna dan Eduard memiliki cadangan uang tunai yang masih dapat digunakan.
“Rencananya kami mau diving tapi karena cuaca buruk tidak jadi. Uang untuk diving tidak terpakai. Jadi uang itu bisa kami pakai untuk biaya menyeberang dengan kapal itu (KM Binaiya dari PT Pelni),” tutur Eduard.
KM Binaiya milik PT Pelni yang membawa wisatawan menikmati liburan dalam program 'Let's Go Karimun Jawa' 18-20 Juli 2015. Kapal ini memiliki kapasitas penumpang mencapai 1.000 orang.
Informasi yang dihimpun KompasTravel, terdapat 125 orang wisatawan yang akhirnya dapat menyeberang menggunakan KM Binaiya. Hampir 20 orang di antaranya adalah wisatawan mancanegara. Para wisatawan terlihat duduk di pinggir pelabuhan dan menunggu giliran untuk dapat naik ke kapal.
Cerita lain datang dari wisatawan asal Jerman, Fabian yang baru mengetahui jika saat cuaca di Karimun Jawa sedang buruk. "Tidak ada Tourism Information Center di sini yang menyediakan informasi akurat. Saya hanya tahu dari para wisatawan dan travel agent," katanya dalam bahasa Inggris saat ditemui Pelabuhan Karimun Jawa.
Sebelumnya, 700 wisatawan yang ingin berangkat menuju Karimun Jawa pun terpaksa dibatalkan karena cuaca buruk. Informasi dari website BMKG (Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika), ombak di Karimun Jawa mencapai 4 meter dan menyebabkan tidak ada penyeberangan."
Disalin dari situs berita Kompas